CRMS Indonesia kembali mengadakan pelatihan publik Perancangan Anggaran Berbasis Risiko (Risk Based Budgeting) di Hotel Sensa Bandung pada 7-9 Agustus yang lalu. Pelatihan berdurasi 3 (tiga) hari ini menggunakan metode paparan, studi kasus dan simulasi presentasi kelompok.
Tidak hanya bermanfaat bagi para penyusun anggaran, pelatihan ini juga bermanfaat bagi praktisi manajemen risiko, baik yang berfungsi di bagian pertahanan garis pertama (first line of defense) – atau para pemilik risiko (risk owner), pertahanan garis kedua (second line of defense) – atau para pengelola risiko (risk manager), dan pertahanan garis ketiga (third line of defense) – atau para pemantau risiko dan audit internal.
Dengan memahami dan menguasai pendekatan di atas, organisasi akan jauh lebih efektif dalam mengantisipasi dan mengendalikan risiko-risiko yang dihadapi dan memasukkannya dengan tepat dalam anggaran organisasi tersebut.
Pelatihan ini diikuti oleh 18 (delapan belas) peserta dari industri-industri konstruksi, pengelola aset, asuransi, energi, transportasi, Lembaga kliring dan penjaminan, pembiayaan usaha mikro, serta penyedia sistem dan sarana jual beli efek.
Setelah mengikuti pelatihan Risk Based Budgeting, peserta diharapkan dapat:
- Memahami kaitan antara manajemen risiko terintegrasi organisasi dengan proses perancangan anggaran berbasis risiko.
- Memperoleh pembelajaran praktis untuk menyusun rancangan anggaran organisasi berbasis risiko, membuat risiko strategik organisasi agar lebih mudah dideteksi dan dipantau, membuat kaitan antara penanganan risiko strategik organisasi lebih terukur dengan indikator kinerja utama organisasi.
- Memperoleh pembelajaran praktis untuk memasukkan asesmen risiko dalam perancangan anggaran seawal mungkin, mulai dari validasi asumsi internal dan eksternal sampai dengan penggunaan beberapa alat analisis strategik organisasi, serta dapat memasukkan sensitivitas risiko dalam proyeksi anggaran keuangan organisasi.
Pemateri pada pelatihan ini adalah :
- Bapak Robert A. L. Nanlohy yang memiliki pengalaman lebih dari 35 tahun di berbagai perusahaan nasional maupun multi nasional, serta telah menjadi trainer sejak tahun 1994.
- Bapak Victor Riwu Kaho, seorang konsultan ahli di bidang tata kelola korporasi dan manajemen risiko perusahaan sejak 1997, serta menangani proyek GCG di perusahaan-perusahaan BUMN maupun non BUMN sejak 2002.
Testimoni :
Rianto Ahmadi, Direktur PT Asuransi Jiwasraya (Persero
“Programnya bagus, ada banyak hal-hal baru yang saya lihat. Manajemen risiko biasanya bertendensi melihat ke ancaman saja. Kalau ISO 31000 ini menekankan pentingnya eksploitasi peluang. Jadi bukan hanya mitigasi ancaman tapi juga eksploitasi peluang. Artinya semacam diintegrasikan ke dalam business planning. Tidak melihat sebagai suatu yang terpisah tapi terintegrasi sekali”.