By Hilda Leilani Masniaritta Pohan
Hingga saat ini, masih banyak pihak yang meragukan bahkan skeptis terhadap konsep ESG. Meski sudah banyak perusahaan yang membuktikan manfaat ESG, tidak sedikit pihak yang justru berpandangan negatif terhadap ESG. Sebagian besar memiliki alasan klasik bahwa praktik-praktik ESG akan lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Sebagai contoh, sebuah artikel dalam New York Post beberapa waktu lalu menyatakan bahwa penerapan ESG oleh Anheuser-Busch InBev (BUD), perusahaan penghasil bir merk Budweiser, justru membuatnya kehilangan banyak konsumen. Setelah perusahaan tersebut memilih Dylan Mulvaney (seorang aktivis transgender) sebagai model iklannya atas nama inklusivitas pada April 2023, penjualan Budweiser turun hingga 15% atau setara dengan pendapatan senilai $395 juta di kuartal dua saja. ESG, khususnya di Amerika Serikat, dianggap telah berubah menjadi agenda pergerakan sayap kiri semata sehingga penerapannya dianggap lebih banyak bermuatan politis daripada ekonomi (Gasparino, 2023).
Tanpa mengingkari fakta bahwa banyak gerakan yang “mendompleng” inisiatif ESG, contoh di atas sebetulnya menggambarkan pemahaman ESG yang tidak sempurna bahkan oleh perusahaan sekelas Budweiser. Implementasi ESG sejatinya justru akan membuat perusahaan lebih relevan dengan perkembangan zaman dan perubahan paradigma berpikir para investor dan konsumen. Penerapan ESG adalah upaya perusahaan mengintegrasikan berbagai aspek lingkungan dan sosial dalam proses identifikasi risiko dan peluang. Perusahaan yang dapat melakukan identifikasi secara tepat akan memperoleh manfaat atau menghindarkan kerugian finansial.
Implementasi ESG harus selalu didahului oleh materiality analysis. Langkah ini ditempuh guna memetakan siapa saja stakeholders utama perusahaan dan apa saja isu-isu utama bagi mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat memprioritaskan hal-hal yang penting bagi orang-orang yang penting dan bukan asal memilih hal-hal yang meskipun baik, tapi sebetulnya tidak bermakna bagi kemajuan perusahaan.
Jika dikontraskan dengan sebaran konsumen bir di Amerika Serikat, langkah Budweiser mengindikasikan kurangnya pemahaman terhadap stakeholder mapping yang bisa jadi disebabkan oleh tidak sempurnanya tahap materiality analysis. Sebagian besar konsumen bir di Amerika Serikat berasal dari “red states” (Vinepair Staff, 2023); negara-negara bagian yang didominasi oleh penduduk yang mendukung atau berafiliasi dengan partai Republik. Kelompok ini menganut tata nilai masyarakat konvensional dan konservatif, sehingga sosok Dylan Mulvaney tentu bukan sosok yang disukai oleh mayoritas konsumen Budweiser.
Skeptisisme juga sering kali dialamatkan pada ESG karena dianggap bias terhadap perusahaan besar. Artinya, ESG hanya bisa dilakukan oleh perusahaan skala besar dengan tim manajemen kelas wahid. Hal ini tentu saja tidak sepenuhnya benar. Meski perusahaan besar diuntungkan oleh ketersediaan sumber daya yang lebih banyak, kesadaran untuk menjadikan pelibatan risiko, dampak, serta peluang lingkungan dan sosial dalam perhitungan investasi dan aktivitas bisnis tentunya bisa juga menguntungkan bagi perusahaan berskala UMKM.
Uma Oma, sebuah kedai makanan di bilangan Blok M – Jakarta adalah salah satu contohnya. Bukan saja berhasil menangkap peluang pasar berupa kerinduan masyarakat akan hidangan asli Indonesia yang otentik, Uma Oma juga berhasil menghadirkan dirinya sebagai UMKM yang inklusif dengan mempekerjakan para manula, bahkan ada yang sudah berusia 80 tahun. Hal ini seakan menjadi perwujudan dari tagline mereka: seakan nongkrong di rumah nenek. Inisiatif kedai ini sejalan dengan SDG ke-8 tentang pertumbuhan ekonomi yang inklusif (Department of Economic and Social Affairs, United Nations) serta SDG ke-11 yaitu Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, khususnya target 11-4 yaitu upaya untuk menjaga warisan budaya dan alam (Department of Economic and Social Affairs). Inisiatif mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini ternyata dibarengi oleh kinerja bisnis yang baik dimana kedai Uma Oma bisa terus beroperasi selama lebih dari dua dekade (Uma Oma, n.d.).
Skeptisisme terhadap manfaat ESG bagi UMKM akan semakin terbantahkan jika kita memahami UMKM sebagai bagian integral dari rantai pasokan sebuah industri. Saat sebuah UMKM terkait dengan pelaku usaha di rantai pasokan yang sudah menerapkan ESG dengan kematangan tinggi, dimana penerapan tersebut juga melibatkan mitra-mitra usaha, maka UMKM mau tidak mau akan dituntut untuk menerapkan ESG pula. Tentunya akan lebih mudah bagi sebuah usaha untuk beradaptasi dan menerapkan ESG saat masih berukuran kecil, daripada saat sudah menjadi entitas yang besar dengan tata kelola yang kompleks.
Simpulan
ESG adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan jalan bagi dunia bisnis untuk juga berkontribusi untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). ESG membuat SDGs bisa punya nilai ekonomis yang masuk akal dan bisa diperhitungkan bagi perusahaan.
Penerapan ESG harus diawali dengan melakukan materiality analysis, sebuah langkah untuk menentukan siapa saja pemangku kepentingan bagi perusahaan dan apa saja hal-hal yang penting bagi mereka. Hal ini sangat penting dilakukan agar perusahaan bisa memprioritaskan aktivitasnya kepada hal-hal yang penting bagi pihak-pihak yang penting.
Seluruh rangkaian proses ini mensyaratkan tata kelola perusahaan yang berkualitas. Tata kelola (governance – G) justru merupakan komponen yang menjiwai sekaligus memberdayakan komponen lingkungan (environment – E) dan sosial (social – S). Tanpa tata kelola yang baik, kinerja lingkungan dan sosial hanya akan menjadi sejumlah kegiatan tanpa makna yang justru bisa berakibat buruk bagi perusahaan.
Penerapan ESG tidak seharusnya mengubah perusahaan menjadi sebuah LSM. Perilaku bisnis yang bertanggung jawab seharusnya tidak lantas mengorbankan performa keuangan perusahaan. ESG membantu perusahaan menciptakan laba dengan cara-cara yang bertanggung jawab yang akan membuatnya menjadi entitas bisnis terhormat.
Baca juga:
- Mengenal ESG – Bagian 1: Latar Belakang dan Pengertian ESG
- Mengenal ESG – Bagian 2: Mengapa Perlu Menerapkan ESG?
Referensi
Department of Economic and Social Affairs, U. N. (t.thn.). Goal 11: Make cities and human settlements inclusive, safe, resilient, and sustainable. United Nations. Dipetik November 14, 2023, dari https://sdgs.un.org/goals/goal11
Department of Economic and Social Affairs, United Nations. (t.thn.). Goal 8: Promote Sustained, Inclusive, and Sustainable Economic Growth, Full and Productive Employment adn Decent Work for All. United Nations. Dipetik November 14, 2023, dari https://sdgs.un.org/goals/goal8
Gasparino, C. (2023, August 26). It’s only a matter of time until the ESG movement will R.I.P. New York Post. Dipetik October 4, 2023, dari https://nypost.com/2023/08/26/an-r-i-p-for-esg-is-near/
Uma Oma. (t.thn.). Dipetik November 14, 2023, dari Uma Oma: Authentic Indonesian Food & Cafe: https://sites.google.com/umaoma.com/umaoma-com/profill?authuser=0
Vinepair Staff. (2023, March 6). The States That Drink the Most Beer in America (2022). Dipetik November 11, 2023, dari https://vinepair.com/articles/map-states-drink-beer-america-2022/