Sejarah dunia diwarnai laporan whistleblowing kontroversial dari beberapa tokoh terkemuka seperti Julian Assange (Wikileaks), Mark Felt (Watergate), dan Sherron Watkins (Enron). Selain kasus tersebut, mayoritas kasus whistleblowing lainnya tidak memberikan hasil dan reaksi signifikan. Kendati demikian, peran pelapor whistleblowing (disebut juga whistleblower) penting untuk menguak pelanggaran yang berujung pada tuntutan finansial dan perubahan kebijakan.
Whistleblowing adalah sistem pelaporan pelanggaran yang memungkinkan seluruh pihak dalam organisasi melaporkan tindakan pelanggaran apa pun yang disaksikannya, baik pelanggaran kecil maupun penipuan berskala besar. Selanjutnya, laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang di internal perusahaan.
Hingga saat ini, whistleblowing masih sering dianggap sebagai aktivitas “mendongeng” atau tindak keberanian tanpa hasil. Kendati demikian, tiga manfaat whistleblowing berikut ini membuatnya menjadi elemen penting bagi organisasi sektor publik maupun perusahaan:
Mayoritas Kasus Penipuan Diungkap Melalui Whistleblowing
Tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas kasus penipuan dan pelanggaran di organisasi sektor publik maupun perusahaan swasta diungkap melalui whistleblowing. Persentase pengaduan melalui whistleblowing bahkan mencapai lebih dari 35% berdasarkan penelitian yang dilakukan Nations on Occupational Fraud and Abuse. Persentase laporan pelanggan yang besar tersebut menunjukkan bahwa karyawan diajak proaktif untuk melaporkan kesalahan yang terjadi di tempat kerja.
Organisasi akan menjamin keamanan pihak pelapor agar tidak mengalami berbagai bentuk intimidasi usai melaporkan pelanggaran. Salah satu cara melindungi pelapor yaitu menyiapkan sistem whistleblowing yang praktis, aman, dan mampu menjamin kerahasiaan data pelapor.
Pelapor Paling Dekat dengan Pelanggaran dan Punya Banyak Informasi Penting
Sebagian besar pelapor pelanggaran berasal dari kalangan karyawan atau rekan kerja di organisasi. Hal tersebut membuat si pelapor berada dekat dengan pelaku pelanggaran bahkan sering diancam untuk diam agar tidak mengalami intimidasi. Padahal, sang pelapor merupakan “orang dalam” yang mempunyai banyak informasi penting seputar pelanggaran yang terjadi. Itulah sebabnya organisasi wajib menyiapkan sistem whistleblowing yang efisien dan efektif untuk mengungkap pelanggaran sekaligus melindungi pelapor. Implementasi sistem whistleblowing yang tepat akan mempermudah proses investigasi pelanggaran.
Whistleblowing Membantu Menyelaraskan Karyawan untuk Mewujudkan Visi Misi Organisasi
Skandal whistleblowing yang diungkap oleh Uber, Google, dan Tesla membuktikan bahwa lingkungan kerja yang tidak kondusif (toxic) ternyata dapat berdampak buruk bagi kinerja organisasi. Semakin banyak peringatan yang dilontarkan melalui whistleblowing, maka semakin kecil pula risiko kerugian organisasi akibat kewajiban membayar denda atau mengeluarkan uang di kemudian hari. Pemberitaan negatif, perselisihan yang dibawa ke jalur hukum, hingga kewajiban denda yang besar kerap menghalangi kemajuan organisasi. Lebih dari itu, perhatian organisasi juga tersita untuk mengatasi masalah tersebut sehingga gagal fokus pada visi misi yang ingin dicapai.
Di samping itu, kasus pelanggaran yang terjadi di organisasi juga dapat menurunkan nilai-nilai organisasi di mata khalayak ramai. Keberanian dan kontribusi pihak pelapor dalam mengadukan pelanggaran patut diapresiasi karena dapat membawa organisasi kembali ke jalur yang benar.
Saluran pelaporan internal dan eksternal sama-sama bisa memanfaatkan teknologi digital. Hotlines dapat dilengkapi dengan alamat email atau aplikasi berbasis web. Sedangkan saluran telepon bisa dilengkapi dengan voice response yang dioperasikan secara otomatis. Kendati demikian, saluran internal dan eksternal hanyalah instrumen yang memungkinkan para karyawan mengajukan pelaporan.
Hakikat dari kualitas whistleblowing dinilai dari respon organisasi saat menanggapi laporan pelanggaran. Whistleblowing yang beroperasi dengan baik adalah sistem yang dipercaya oleh semua pihak di organisasi. Kepercayaan dan loyalitas akan terbangun jika organisasi mampu merespon pelaporan secara cepat dan konsisten.