Tak bisa dipungkiri, kepatuhan dan manajemen risiko sebenarnya sangat selaras. Kepatuhan melindungi perusahaan dari berbagai risiko yang muncul akibat pelanggaran hukum atau ketentuan berlaku. Sedangkan, manajemen risiko membantu melindungi perusahaan dari risiko–risiko yang muncul dan menyebabkan ketidakpatuhan itu sendiri.
Sekalipun terdengar mirip, ada perbedaan mendasar yang dapat dicatat karena kegiatan yang terkait dengan kepatuhan dan manajemen risiko perlu pendekatan dan eksekusi yang berbeda. Berikut adalah perbedaan antara kepatuhan dan manajemen risiko yang perlu diketahui:
1. Taktis vs Strategi
Selain membuat reputasi buruk bagi perusahaan, ketidakpatuhan juga dapat menyebabkan denda dan penalti yang tidak sedikit jumlahnya. Itulah mengapa dibutuhkan lebih dari sekedar “checklist” untuk memastikan agar perusahaan mematuhi peraturan yang berlaku.
Di sisi lain, manajemen risiko juga harus lebih fokus pada strategi dan analisis untuk menghindari risiko dan menentukan risiko apa saja yang memang layak diambil perusahaan.
2. Preskriptif vs Prediktif
Sifat preskriptif kepatuhan dan sifat prediktif manajemen risiko menjelaskan mengapa ketidakpatuhan itu taktis, sedangkan manajemen risiko lebih strategis. Dengan kepatuhan, perusahaan harus mematuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Sedangkan, manajemen risiko bagaimanapun harus lebih prediktif dibandingkan reaktif, sehingga perusahaan dapat memprediksi apa saja dampak risiko yang dihadapi. Hal ini dapat memicu inovasi dan perubahan baru yang bisa meminimalisir risiko atau meningkatkan sisi positifnya.
3. Menghindari Risiko vs Menciptakan Nilai
Tentu saja, kepatuhan memiliki kelebihan. Namun, manajemen risiko juga memiliki peran penting dalam upaya perusahaan untuk mematuhi aturan dan prosedur tata kelola yang menghasilkan nilai dalam jangka panjang.
Biasanya, kepatuhan berhenti seiring adanya verifikasi bahwa peraturan telah diikuti untuk menghindari risiko. Sementara, manajemen risiko yang ideal dapat mengubah kekurangan dalam kepatuhan menjadi rancangan usulan yang bernilai dan menguntungkan.
4. Silo vs Terintegrasi
Kepatuhan sering dilakukan oleh “silo department” atau departemen yang memiliki arus informasi yang terbatas dalam perusahaan. Meskipun transparansi data dan informasi bermanfaat bagi kepatuhan, namun proses kepatuhan di perusahaan masih tetap bisa berjalan tanpa transparansi.
Sebaliknya, manajemen risiko yang akan lebih terkena dampak “silo department”. Hal ini karena manajemen risiko membutuhkan integrasi antar departemen, sistem teknologi, dan kerjasama yang menyeluruh dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya, proses manajemen risiko harus ditangani bersama.
Tentu saja, kepatuhan dan manajemen risiko itu berbeda. Perusahaan perlu berhati-hati untuk tidak menyatukan keduanya sebagai satu inisiatif dengan pendekatan yang sama. Namun, dengan memahami persamaan dan mampu menyeimbangkan keduanya, perusahaan akan memetik manfaat dari kepatuhan dan manajemen risiko yang selaras.