“FIF Group adalah grup perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen, terutama untuk pembiayaan motor dan produk-produk elektronik. Grup ini terdiri dari FIFASTRA yang memiliki bisnis utama pada pembiayaan sepeda motor, khususnya motor Honda, dan SPEKTRA yang bergerak pada pembiayaan multiguna. Visi dari FIF Group adalah membawa kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat, dan untuk mencapainya FIF Group mengemban misi untuk menjadi pemimpin industri yang dikagumi secara nasional.”
Q: Apa peran manajemen risiko di perusahaan Bapak dan seberapa penting manajemen risiko dalam menjamin pencapaian tujuan perusahaan?
A: FIF GROUP merupakan lembaga pembiayaan yang telah menjadi salah satu market leader di bidang pembiayaan motor. Perusahaan ini memiliki ukuran yang besar dan jumlah tenaga kerja yang banyak. Tentunya, risiko melekat di setiap proses bisnis yang kami lakukan, apalagi kita adalah perusahaan pembiayaan yang berdiri di atas risiko bisnis. Peran manajemen risiko adalah untuk memastikan bahwa seluruh risiko di setiap proses bisnis dapat dikendalikan dengan baik dan terkontrol secara efektif. Proses bisnis yang dimaksud mencakup proses marketing hingga proses pengelolaan kredit. Peran manajemen risiko harus embedded di setiap proses bisnis perusahaan. Ini merupakan strategi perusahaan dimana seluruh kegiatan manajemen risiko diterapkan untuk mendukung tujuan bisnis perusahaan dan mengurangi risiko yang dapat berdampak pada kegagalan kredit (non-performing loan).
Q: Apakah sudah terdapat kejelasan akuntabilitas untuk pengendalian risiko dan penanganan risiko di setiap tingkat jabatan pada seluruh tingkatan organisasi?
A: Hal terkait akuntabilitas pengendalian risiko telah dicantumkan secara jelas di risk management policy yang dimiliki FIF GROUP. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, setiap proses bisnis di FIF GROUP memiliki risiko masing-masing, sehingga akuntabilitas risiko terletak pada risk owner di setiap proses. Setiap risk owner, baik dari department head atau division head, memiliki akuntabilitas terhadap risiko yang melekat pada proses bisnis departemen dan divisi mereka masing-masing. Penilaian untuk beberapa jenis risiko juga akan menjadi bahan pertimbangan untuk penilaian Key Performance Indicator (KPI) pada risk owner, departemen, dan divisi, karena risiko tersebut berhubungan erat dengan performa keuangan perusahaan.
Q: Menurut Bapak, siapa yang memiliki peran penting dalam menciptakan penerapan manajemen risiko yang efektif?
A: Sebelum kita membicarakan masalah efektivitas, kita harus melihat dulu apakah manajemen risiko telah mendapat dukungan penuh dari top management. Untuk menciptakan culture dan awareness terhadap risiko, kita memerlukan dukungan dari top management. Namun dalam penerapannya, yang memiliki peran paling penting adalah risk owner di masing-masing proses. Hal ini disebabkan risk owner yang memiliki pengetahuan paling mendalam dan mendetil mengenai kondisi lapangan, faktor eksternal dan internal, dan cara mengelola sumber daya manusia (SDM) yang mereka miliki, sehingga mereka yang mengetahui cara efektif untuk mengelola risiko yang mereka hadapi.
Q: Apakah proses pengambilan keputusan pada setiap tingkatan organisasi telah mempertimbangkan faktor risiko dan didasarkan atas informasi terbaik yang diperoleh?
A: FIF GROUP ingin menjadi besar secara market, tetapi secara risiko kami ingin tetap terjaga. Oleh karena itu, setiap pengambilan keputusan, baik itu yang bersifat strategis, tingkat divisi, hingga tingkat departemen, turut mempertimbangkan aspek risiko, karena aspek ini dapat mengganggu kinerja dan pencapaian sasaran perusahaan. Setiap proyek atau ekspansi bisnis selalu mempertimbangkan asesmen risiko dan risk policy dari manajemen. Kami mempertimbangkan risiko terutama dari segi manusia, hukum, dan keuangan.
Misalnya, pengambilan keputusan saat ingin membangun business unit baru yaitu pembiayaan elektronik. Pembiayaan elektronik memiliki potensi pasar yang sangat besar, namun apabila dibandingkan dengan pembiayaan motor, jenis pembiayaan ini memiliki risiko yang lebih tinggi. Bagaimana cara kami mengelola agar dapat tetap meraup pasar, namun dengan risiko yang di bawah toleransi risiko perusahaan? Pada kasus ini, manajemen risiko memiliki peran penting agar kami dapat meraup pasar, namun dengan risiko yang tetap di bawah risk tolerance perusahaan. Pengelolaan risiko dilakukan dari mulai pemasaran, hingga proses penanganan kredit. Misalnya dari sisi marketing, kami mengincar segmen-segmen yang menurut kami memiliki risiko rendah namun memiliki potensi pasar yang besar, sehingga secara portfolio, pembiayaan elektronik masih berada di bawah risk tolerance kami.
Q: Apa langkah-langkah atau cara-cara yang FIF GROUP lakukan untuk meningkatkan awareness dan pemahaman karyawan mengenai risiko dan manajemen risiko?
A: Seperti yang kita ketahui FIF GROUP memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM) yang sangat besar. Lalu, bagaimana cara kami menciptakan risk awareness dari tingkat head office hingga tingkat kantor cabang? Pertama, kami selalu memberikan pelatihan manajemen risiko kepada sumber daya insani yang kami miliki, dari mulai karyawan baru, development program, hingga program-program pengembangan SDM lainnya. Pelatihan manajemen risiko adalah hal yang wajib untuk ada di setiap pelatihan kami. Hal ini dikarenakan kami adalah perusahaan yang berdiri di atas fondasi risiko. Kami melakukan pembiayaan kepada orang, tanpa kami kenal orang tersebut. Sehingga kesuksesan FIF GROUP akan sangat ditentukan oleh kualitas manajemen risiko yang kami miliki. Karena itu kami berusaha membangun kultur manajemen risiko dari top management hingga tingkatan-tingkatan di bawahnya. Kedua, kami membangun slogan “know your customer”. Kami membuat banner dan poster dengan slogan tersebut untuk meningkatkan kesadaran karyawan. Slogan “know your customer” kami gunakan karena kami ingin memastikan bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh konsumen tidak melanggar prinsip yang berlaku, misalnya kegiatan money laundering, dan kegiatan tak bermoral lain. Ketiga, kami juga memberlakukan daily email sebagai early warning system yang menjadi tugas dari masing-masing risk owner untuk memperingatkan cabang-cabang terkait. Kami juga memiliki dashboard risiko yang terintegrasi dari proses awal hingga akhir pembiayaan. Sehingga risk culture pada FIF GROUP dapat dikatakan sudah sangat terbangun.
Disusun oleh: Charvin Kusuma – Associate Researcher CRMS Indonesia