Risiko bisnis senantiasa berubah karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan tersebut membuat pihak-pihak yang berkecimpung di bidang manajemen risiko harus ekstra waspada. Jangan sampai perubahan signifikan berdampak besar bagi organisasi.
Laporan terbaru Allianz Global Corporate & Speciality (AGCS) bertajuk Directors and Officers Insurance Insights 2020 menyoroti lima megatren yang memiliki implikasi risiko terhadap perkembangan bisnis di tahun 2020 ini. Prediksi lima risiko bisnis terbesar tersebut yaitu:
Kemunculan Berita Buruk
Risiko pertama yang diuraikan oleh laporan tersebut membahas tentang peristiwa berita buruk yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan. AGCS menyatakan telah menemui peningkatan klaim terhadap berbagai perusahaan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tertentu seperti bencana yang disebabkan manusia, bencana alam, serta masalah lainnya yang berkaitan dengan lingkungan dan produk, yang disinyalir akan semakin meningkat di masa depan.
Sementara itu, insiden dunia maya mewakili jenis risiko lain yang disebabkan oleh gangguan keamanan, misalnya investigasi peraturan, kerugian akibat pencurian data, atau denda terhadap perusahaan yang menjadi korban peretasan.
Risiko Perubahan Iklim
Risiko terbesar kedua yang rentan terjadi di masa depan berkaitan dengan perubahan iklim. Kasus perubahan iklim telah dilaporkan ke 28 negara di seluruh dunia, dengan tiga perempatnya diajukan di Amerika Serikat. Jumlah kasus yang menyatakan perusahaan gagal menyesuaikan praktik bisnis dengan kondisi perubahan iklim juga semakin meningkat. AGCS menyatakan bahwa seluruh perusahaan harus mempertimbangkan dampak perubahan iklim dari segi strategi, tata kelola, manajemen risiko, dan laporan keuangan.
Kepailitan Perusahaan
Megatren lainnya yang diprediksi AGCS adalah peningkatan risiko kebangkrutan perusahaan yang diperburuk oleh tantangan politik tidak biasa (misalnya kasus negosiasi Brexit di Inggris), yang dapat memicu klaim Directors and Officers (D&O). AGCS menyatakan bahwa tantangan politik berupa pemilihan umum, Brexit, dan perang dagang antar negara menciptakan kebutuhan akan perencanaan risiko yang lebih baik. Perencanaan tersebut mencakup peninjauan ulang tentang strategi mata uang, perencanaan merger dan akuisisi, rantai pasok, serta pengambilan keputusan berdasarkan tarif. Di sisi lain, pengambilan keputusan yang keliru dapat mengakibatkan klaim hukum yang dilakukan stakeholders.
Securities Class Actions
Prediksi risiko bisnis keempat adalah pertumbuhan tindakan securities class action secara global seiring dengan perkembangan lingkungan hukum. Amerika Serikat, Kanada, dan Australia masih memimpin dari segi jumlah securities class action. Aktivitas pengarsipan di Amerika Serikat memang mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, yaitu mencapai 400 pengarsipan pada tahun 2017 dan 2018. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat dari jumlah rata-rata dari dua dekade sebelumnya. Negara-negara lain juga aktif mempromosikan tindakan securities class action sebagai alat untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan.
Pendanaan Litigasi
AGCS menyatakan pertumbuhan pendanaan litigasi dipicu oleh investor yang mencari banyak keuntungan (high returns). Penyandang dana litigasi telah banyak didirikan di Eropa. Sedangkan di kawasan lain, otorisasi baru untuk pendanaan litigasi kasus-kasus arbitrase di Singapura dan Hongkong juga mulai dibuka. AGCS berharap India dan beberapa negara di kawasan Timur Tengah juga dapat menjadi pusat pendanaan litigasi di masa depan.
Selain kelima risiko bisnis tersebut, tentu masih banyak risiko bisnis lainnya yang belum dibahas secara detail. Setiap organisasi harus lebih waspada terhadap perkembangan dunia bisnis dan siaga menyiapkan mitigasi untuk berbagai risiko yang rentan terjadi di 2020.