Seluruh negara di dunia kini semakin fokus mengawasi kepatuhan kejahatan keuangan, karena jenis kejahatan ini kerap menimbulkan kerugian besar bagi organisasi. Tak hanya menyebabkan kerugian materi, reputasi organisasi pun dipertaruhkan bila berita tentang kejahatan keuangan telah diketahui publik. Penelitian baru yang dilakukan LexisNexis Risk Solutions menunjukkan pengeluaran global untuk kepatuhan kejahatan keuangan (financial crime compliance) di lembaga keuangan diperkirakan mencapai US$213,9 miliar pada tahun 2021.
Laporan global tahunan berjudul True Cost of Financial Crime Compliance dari LexisNexis Risk Solutions tersebut melakukan survei terhadap 1.015 pembuat keputusan kepatuhan kejahatan keuangan di lembaga keuangan termasuk bank serta perusahaan investasi, manajemen aset, dan asuransi. Para pengambil keputusan yang menjadi responden penelitian mengawasi proses kepatuhan kejahatan keuangan seperti pemantauan sanksi, pemulihan layanan bagi pelanggan (Know Your Customer atau KYC), anti pencucian uang (Anti Money Laundering atau AML), dan pemantauan transaksi.
Survei tersebut mengungkap bahwa total biaya yang diproyeksikan dari kepatuhan kejahatan keuangan di semua lembaga keuangan mencapai $ 213,9 miliar pada tahun 2021, melampaui nilai $180,9 miliar yang tercatat pada tahun sebelumnya.
Negara-Negara Eropa Barat dan AS Paling Peduli terhadap Kejahatan Keuangan
LexisNexis Risk Solutions juga menyatakan bahwa negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat (AS) mewakili mayoritas biaya (82,7%) dari total yang diproyeksikan secara global. Jerman dan AS menanggung sebagian besar kenaikan biaya masing-masing sebesar $9,6 miliar dan $8,8 miliar. Dengan kata lain, Jerman unggul di antara negara-negara lain dengan selisih yang cukup jauh. Lembaga keuangan menengah hingga besar memimpin pertumbuhan tersebut pada hampir semua wilayah, kecuali Afrika Selatan dan Timur Tengah. Pertumbuhan tersebut menunjukkan peningkatan persentase dua digit untuk alokasi biaya kepatuhan.
Pada tahun-tahun sebelumnya, ada konsensus tentang tantangan kepatuhan peringkat dua atau tiga teratas dalam lembaga keuangan. Sebaliknya, ada sedikit keseragaman dalam survei tahun ini. Beberapa faktor seperti profil risiko pelanggan, penyaringan sanksi, pelaporan peraturan, identifikasi pihak yang terpapar secara politik, KYC untuk orientasi akun, dan resolusi peringatan yang efisien sama-sama memiliki peringkat seragam sebagai tantangan utama. Namun, setiap negara memiliki hasil penilaian yang berbeda sehingga tingkat tantangan tertentu menjadi lebih tinggi dibandingkan tantangan lainnya.
Kejahatan Keuangan Meningkat Selama Pandemi
Pandemi yang melanda dunia telah menyebabkan perubahan besar di bidang kepatuhan. Perubahan tersebut memperburuk masalah yang ada dan membuat organisasi wajib menyiapkan waktu serta pengeluaran lebih besar untuk melakukan uji tuntas. Organisasi menengah dan besar di AS dan Kanada dan sebagian Amerika Latin (LATAM) mengalami kenaikan biaya cukup besar akibat pandemi. Tantangan operasional utama meningkat sejak awal pandemi, termasuk peningkatan volume peringatan dan transaksi mencurigakan, inefisiensi dengan resolusi peringatan dan uji tuntas, serta penyaringan risiko secara tepat.
Lembaga keuangan yang menerapkan solusi teknologi untuk mendukung upaya kepatuhan kejahatan keuangan telah lebih siap dan tidak terlalu terpengaruh dengan peningkatan tekanan peraturan dan pandemi. Bila dibandingkan dengan perusahaan yang mengalokasikan mayoritas biaya kepatuhan untuk tenaga kerja, perusahaan yang menggunakan mayoritas biaya untuk teknologi mengalami peningkatan biaya kepatuhan kejahatan keuangan lebih kecil setiap tahun. Selain itu, perusahaan yang menyiapkan solusi teknologi juga mengalami tantangan lebih sedikit terkait pandemi.
Menurut penuturan Douglas Wolfson, direktur kepatuhan kejahatan keuangan LexisNexis Risk Solutions, lembaga keuangan di seluruh negara Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC), mengalokasikan lebih banyak pengeluaran kepatuhan kejahatan keuangan untuk teknologi terbukti mengalami peningkatan biaya lebih kecil dibandingkan negara yang tidak mengalokasikan banyak biaya untuk sektor teknologi. Douglas juga menyatakan bahwa sebagian besar lembaga keuangan APAC yang disurvei memperkirakan pandemi Covid-19 akan menyebabkan peningkatan biaya kepatuhan selama 12 hingga 24 bulan ke depan
“Perusahaan dengan pengeluaran kepatuhan di atas rata-rata untuk solusi teknologi tidak menghadapi tantangan besar selama proses akuisisi pelanggan,” ujar Douglas.
Penggunaan platform teknologi manajemen risiko yang lebih komprehensif akan membantu memastikan kepatuhan dan mengurangi pengeluaran kepatuhan kejahatan keuangan. Implementasi tersebut juga membuat organisasi semakin fokus melakukan manajemen risiko pada sektor-sektor selain kejahatan keuangan.