Penilaian risiko operasional suatu organisasi tidak bisa diukur sama rata berdasarkan parameter tertentu. Jacqueline Geiger selaku Pemimpin Praktik Lembaga Keuangan Aon Risk Solutions menyatakan bahwa organisasi harus meninjau kembali pendekatan yang dilakukan terhadap penilaian risiko operasional. Proses pendekatan bisa dilakukan secara ketat dari sisi kepatuhan hingga pemahaman lebih mendalam tentang profil risiko organisasi serta artinya dari segi perspektif bisnis.
Dengan kata lain, penilaian risiko yang dilakukan secara maksimal dapat membantu mengidentifikasi peningkatan efisiensi proses, menemukan peluang untuk mengurangi biaya operasional, serta meminimalkan volatilitas pendapatan. Beragam pencapaian tersebut tentu berkaitan dengan tujuan akhir, yaitu peningkatan nilai saham dalam jangka panjang.
Selain itu, ada nilai penting yang belum tentu dapat diukur dari tata kelola dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara tepat oleh organisasi. Pengalaman sektor keuangan organisasi pada tahun-tahun pasca krisis sejak 2007 silam telah memberikan pelajaran berharga tentang cara memaksimalkan manfaat manajemen risiko operasional bagi para pemimpin di berbagai sektor bisnis.
Seperti Apa Peraturan Baru dan Peningkatan Standardisasi Pengambilan Keputusan?
Hingga saat ini peraturan baru masih disempurnakan dengan menyertakan pemahaman seputar krisis keuangan. Dodd-Frank Act yang merupakan undang-undang pengatur regulasi keuangan federal Amerika Serikat berupaya melakukan modernisasi lembaga keuangan dalam hal pengelolaan likuiditas. Undang-undang tersebut bertujuan mendefinisikan kembali penyangga modal karena persyaratan modal lama dianggap tidak mencukupi. Tujuan utamanya adalah mencoba menghentikan sistem institusi yang risiko gagalnya terbilang besar.
Tak hanya mengamati organisasi tertentu, kini regulator juga mengidentifikasi sistem secara luas sehingga dapat mengidentifikasi penyebab ketidakstabilan finansial yang meluas. Regulator juga sepakat bahwa ukuran institusi dan ruang lingkup organisasi tersebut dapat berdampak pada banyak hal, mulai dari industri hingga ekonomi secara keseluruhan.
Sebagai upaya standardisasi penetapan persyaratan modal yang baru, Komite Basel mengusulkan penggantian Pendekatan Pengukuran Lanjutan di bawah kerangka peraturan Basel II menjadi metodologi baru yang disebut Pendekatan Pengukuran Standar. Pendekatan baru tersebut menjadi dasar revisi kerangka modal risiko operasional berdasarkan metode non-model tunggal untuk mendukung estimasi modal.
Mengapa Penilaian Risiko Penting untuk Menanggapi Tantangan?
Direktur dan Penasihat Lembaga Keuangan Aon Risk Solutions, Jin Kang, menyatakan bahwa manajemen risiko operasional dipandang dari segi tradisional sebagai aktivitas checklist dengan perspektif pendekatan berdasarkan kepatuhan. Jin Kang menyatakan bahwa manajemen risiko operasional sebaiknya tidak hanya dijadikan sebagai standar yang menunjukkan organisasi patuh terhadap aturan, melainkan juga penciptaan nilai baru. Sehingga prinsip manajemen tersebut bukan tentang biaya yang harus dikeluarkan selama berbisnis, melainkan sebagai peluang baru untuk menghasilkan keuntungan.
Kang juga memaparkan bahwa risiko operasional biasanya berasal dari kegagalan SDM, proses, sistem, maupun penyebab eksternal lainnya. Semakin besar suatu bisnis atau semakin ketat aturan industri yang berlaku, maka semakin besar pula risiko kegagalan yang dapat terjadi. Misalnya, peristiwa tumpahan minyak yang dialami organisasi energi dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan, potensi denda, bahkan kerusakan branding jangka panjang. Di samping itu, kerugian yang terjadi akibat guncangan kondisi pasar atau perubahan peraturan juga digolongkan sebagai risiko operasional.
Dampak globalisasi adalah sumber utama volatilitas karena organisasi dan rantai pasokannya berkembang secara internasional. Factor tersebut memperbesar peluang ketidaksesuaian dalam regulasi lintas batas. Itulah sebabnya globalisasi juga membawa risiko operasional berkaitan dengan pasar negara berkembang yang tidak stabil secara politik dan ekonomi serta mengandalkan pemasok atau pelanggan di berbagai belahan dunia.
Walaupun pasar negara berkembang dapat menjadi sumber ketidakstabilan, risiko terbesar justru cenderung datang dari pusat pendapatan negara maju karena ukuran dan kompleksitas operasionalnya. Sebab sistem yang kompleks menyebabkan risiko yang semakin besar. Pemahaman tentang kompleksitas membuat organisasi mampu merencanakan dan menanggapi krisis yang terjadi di masa depan.
Bagaimana Cara Mengelola Risiko Operasional?
Jonathan Humphries selaku Direktur Eksekutif Solusi Risiko Operasional Aon Benfield, menyatakan bahwa risiko operasional berasal dari kegagalan atau kekurangan sistemik. Oleh sebab itu, kerangka risiko yang lebih maju sangat dibutuhkan agar bisnis memahami risiko dan mampu mengelola eksposurnya.
Menurut Jonathan, setidaknya ada 3 pertanyaan yang harus dapat dijawab organisasi ketika ingin mengelola risiko operasional supaya menjadi lebih baik, yaitu:
- Apakah organisasi tersebut memiliki kerangka kerja tata kelola risiko yang tepat untuk memungkinkan identifikasi, pengelolaan, dan mitigasi eksposur?
- Apakah keputusan bisnis dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dari kerangka kerja tata kelola risikonya?
- Apakah organisasi memiliki program transfer risiko yang sesuai untuk mengurangi dampak kerugian yang tidak terduga?
Bagaimana Cara Menyiapkan Hari Esok yang Tidak Dapat Diprediksi?
Persiapan masa depan organisasi harus mencakup peningkatan tata kelola perusahaan dan pengembangan strategi praktik terbaik. Karena biaya penerapan program pengendalian risiko yang kohesif mungkin dapat dibandingkan dengan biaya tanpa persiapan sama sekali dari segi material.
Hal penting lainnya yang tak boleh diabaikan organisasi adalah integrasi manajemen risiko sebagai bagian dari budaya dan visi strategis sehingga organisasi semakin mampu merespon guncangan dan perubahan. Organisasi dengan prinsip tersebut biasanya sudah memiliki pemahaman yang mantap tentang informasi risikonya sebab harus mampu menanggapi tantangan dan peluang secara lebih efektif. Manajemen risiko bukan cuma tentang kepatuhan terhadap peraturan, melainkan juga kemampuan organisasi dalam mengukur, membuat model, dan memahami risiko secara lebih detail untuk membuat keputusan yang tepat.
Ulasan kali ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan strategis melalui metode penilaian risiko wajib dilakukan secara cermat dan sistematis. Sehingga organisasi dapat melakukan mitigasi risiko yang sudah atau akan muncul sekaligus menentukan keputusan terbaik bagi kepentingan semua pihak. Kompleksitas sistem dalam organisasi harus diantisipasi secara ketat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap keputusan yang telah diambil.