- Identifikasi dan revisi asumsi dasar perusahaan terkait internal maupun eksternal.
- Mengalokasikan sumber daya bagi risiko yang produktif dan non-produktif.
- Membagi perhatian pada sebab dan musabab risiko.
- Mencoba berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi sekaligus menguji keampuhan strategi.
- Selalu menyiapkan perencanaan cadangan, karena ilmu strategi risiko bukanlah sebuah ilmu eksak yang terjamin akurasinya.
- Komunikasikan ide, gagasan dan strategi kepada seluruh lapisan organisasi agar koordinasi berjalan dengan baik.
Dalam memulai sebuah usaha, pelaku bisnis harus bersiap terhadap tingkat pengembalian hasil yang sebanding dengan toleransi risiko. Risiko melekat dalam setiap aktivitas operasional dan non-operasional perusahaan. Mulai dari memilih lokasi pabrik, merekrut pegawai, bekerjasama dengan supplier, menentukan merek, memasuki segmentasi pasar hingga merumuskan visi.
Beberapa risiko yang umum dihadapi oleh berbagai sektor meliputi risiko pelanggaran hukum dan peraturan, kerugian dari kelalaian SDM seperti kebakaran dan korsleting, kecelakaan akibat bencana alam seperti banjir, tornado dan gempa bumi, kebocoran sistem data klien dan informasi, serta kegagalan bisnis akibat ketidakmampuan berkompetisi. Kelaziman risiko ini membawa konsekuensi bagi mereka yang tak mampu beradaptasi, namun ada pula peluang dari setiap kondisi buruk bagi mereka yang memperluas perspektif gagasan.
Perusahaan atau oganisasi dapat bereaksi dalam 3 model utama. Pertama, menghindari risiko dengan tidak memproduksi produk, memilih lokasi yang jauh dari pusat tornado, atau tidak merekrut pegawai. Ada pula yang meminimalisir risiko kerugian dengan menjaga kondisi kendaraan secara berkala, mengaplikasikan standard operating procedure, menginstal sistem keamanan komputer. Dan terakhir beberapa mencoba mengurangi level keparahan dengan memasang alat penyiram air dan menunjuk juru bicara yang akan berkomentar di hadapan pers terkait kondisi krisis. Kombinasi ketiga model tersebut merumuskan sebuah strategi manajemen risiko yang bertahap.
Mark Layton dan Michael Corcoran, ahli manajemen risiko dari Deloitte & Touche LLP, memaparkan sistem manajemen risiko yang baik meliputi prosedur sebagai berikut: