Jumlah bencana alam yang terjadi dalam setahun meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang disebabkan oleh Badai Harvey yang melanda Louisiana dan Texas dengan kerugian yang diperkirakan mencapai $ 110 miliar. Risiko yang diakibatkan dari bencana alam inilah pula yang mengakibatkannya menjadi salah satu bencana yang paling mahal Amerika Serikat sejak tahun 1980.
Ditambah lagi dengan bencana banjir yang melanda Mumbai, Indiah, Bangladesh dan Nepal yang menjadi salah satu bencana banjir terburuk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini. Ribuan desa kekurangan pasokan makanan dan air karena akses mereka telah terputus akibat banjir. Di Asia Selatan, banjir besar seringkali terjadi pada setiap musim hujan yang menyebabkan ratusan orang tewas dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Menurut pihak terkait, banjir pada beberapa tahun ini kian memburuk jika dibandingkan dengan banjir di tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk Indonesia sendiri kerugian ekonomi yang diakibatkan dari bencana alam bisa mencapai Rp 30 triliun per tahun. Nilai kerugian tersebut meliputi bidang pendidikan, pertanian, pekerjaan umum, perikanan, kesehatan dan perdagangan. Hal ini juga diperkirakan akan bertambah jika melihat bencana alam yang semakin sering terjadi di tanah air. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga di beberapa negara lainnya di dunia.
Fakta bahwa jumlah bencana alam yang terjadi setiap tahun meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan tidak terlepas dari salah satu aktivitas manusia yakni, urbanisasi. Banyaknya orang yang memadati wilayah tertentu membuat dampak dari bencana alam itu sendiri meningkat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko dari bencana alam adalah dengan adanya perencanaan dan peringatan yang tepat agar masyarakat tahu bencana apa yang akan segera terjadi.
Selain itu, penanggulangan bencana juga bukan bersifat satu tahap saja melainkan terdiri dari beberapa tahap. Di antaranya pra bencana yang meliputi kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan. Saat bencana, yang meliputi kegiatan tanggap darurat. Lalu pasca bencana yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, pemulihan sarana dan prasarana yang vital.
Salah satu hal lainnya yang menjadi penyebab dari meningkatnya bencana alam adalah perubahan iklim. Menurut ilmuwan lingkungan, curah hujan yang ekstrem adalah akibat dari adanya akumulasi uap air di atmosfer yang merupakan salah satu efek dari perubahan iklim.
Pengurangan risiko bencana global ini juga harus dipromosikan dan disampaikan dalam skala global pula. Para ahli dari komite negara-negara bersatu menyarankan bahwa memerangi ancaman ini melibatkan program multi-aspek gabungan termasuk penilaian kesadaran dan pendidikan, bahaya dan risiko, prediksi dan peringatan, kerjasama internasional, mitigasi, pemulihan dan rekonstruksi, dan kesiapan untuk tanggap darurat.
Dalam mengurangi risiko bencana alam, hal yang terpenting adalah mendidik orang tentang hal-hal yang harus dilakukan saat bencana. Hal ini tentunya akan sangat membantu mengurangi dampak bencana serta kehidupan yang hilang akibat bencana alam baik yang tidak langsung atau secara langsung mempengaruhi perekonomian. Mengurangi dampak bencana alam harus menjadi urusan utama setiap bangsa.
Walaupun manusia tidak mungkin menghentikan terjadinya bencana alam namun, kita bisa melakukan hal-hal yang mengurangi dampak yang ditimbulkannya terhadap kita. Masyarakat dalam beragam kelompok harus selalu dilayani dan diinformasikan. Taktik respons yang proporsional untuk menangani bencana saat terjadi juga sangat diperlukan oleh pemerintah dalam menghadapi meningkatnya kejadian bencana alam. Pengurangan risiko bencana harus menjadi fokus utama setiap bangsa.