Tata kelola organisasi dan risiko yang efektif untuk startup adalah salah satu strategi penting untuk mencapai kesuksesan berkelanjutan. Mayoritas startup berawal dari kerja sama antar rekan untuk mengembangkan suatu produk atau layanan tanpa campur tangan pihak luar. Tak sedikit startup gagal akibat manajemen organisasi yang buruk. Bahkan, startup yang gagal tersebut bahkan tidak memiliki tindakan pencegahan paling dasar sama sekali untuk melindungi organisasinya.
Kepemilikan infrastruktur tata kelola dan risiko yang tepat sejak dini sangat penting untuk meningkatkan prospek kesuksesan organisasi. Hal tersebut bisa menjadi pondasi yang kuat untuk mendukung proses operasional organisasi sekaligus meraih posisi yang baik di masa depan.
Bagaimana cara menetapkan kerangka kerja tata kelola untuk mendukung kesuksesan?
Startup yang sukses biasanya mampu mengatasi kesulitan dan mengubah struktur informal organisasi yang dibentuk untuk pertama kali. Dengan demikian, upaya tersebut akan membuat startup berkembang menjadi organisasi besar yang lebih kredibel. Itulah sebabnya, startup patut berusaha mengantisipasi berbagai kesulitan yang dihadapi dengan membangun landasan tata kelola yang baik sejak dini.
Tata kelola dan manajemen risiko organisasi yang baik akan mengikuti prinsip dasar akuntabilitas, keberlanjutan, dan sumber daya. Prinsip-prinsip tersebut akan mendukung proses dokumentasi secara jelas yang bersangkutan dengan hal-hal sebagai berikut:
- Peran, tanggung jawab, dan pengaturan organisasi untuk pendiri, manajemen, dan seluruh staf startup.
- Proses aktivitas bisnis yang penting, meliputi rekrutmen, pembiayaan, serta pengembangan bisnis.
- Pengelolaan konflik kepentingan dan sistem informasi organisasi.
- Relasi antara investor dan pemegang saham.
- Sumber daya yang tepat untuk mendukung manajemen risiko (Sumber Daya Manusia (SDM), hukum, kepatuhan, teknologi, dan keuangan).
- Aksi korporasi yang melibatkan modal saham.
- Kinerja direksi sebagai pihak utama yang menjaga budaya serta keberlanjutan startup.
Apa manfaat konkret yang bisa diperoleh dari strategi tata kelola dan risiko startup?
Implementasi strategi tata kelola dan risiko yang tepat pada startup akan menghasilkan beberapa manfaat berikut ini:
- Meningkatkan Kepercayaan Investor
Berinvestasi di perusahaan pemula seperti startup adalah keputusan besar yang berat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modal, salah satunya yaitu proses pengelolaan organisasi yang dilakukan secara efektif. Setiap investor yang bijak pasti berusaha memahami mekanisme pengambilan keputusan, kejelasan peran dan tanggung jawab, dan keberadaan tim manajemen yang kompeten di organisasi. Startup yang mampu memenuhi tanggung jawab dan mengelola organisasi secara profesional akan menonjol dibandingkan startup lainnya sehingga peluang mendapatkan pendanaan investor semakin besar.
- Meningkatkan Ketepatan Waktu dan Kualitas Pengambilan Keputusan
Startup sebenarnya tak kalah kompleks dibandingkan dengan organisasi besar yang sudah go public. Pendiri startup memikul serangkaian tanggung jawab kompleks sehingga sering kali merangkap sebagai direksi, pemegang saham utama, dan Chief Executive Officer (CEO). Pada saat yang sama, pendiri startup juga mesti menjaga kepuasan pemangku kepentingan lainnya (stakeholders) sambil mengelola berbagai risiko yang berhubungan dengan bisnis.
Investor profesional tentu tak ingin menerima model manajemen informal yang menunjukkan ketidakpahaman fungsi bisnis. Ketika startup mulai berkembang, maka pengelolaan paruh waktu yang dilakukan sang pendiri menjadi semakin mustahil. Pendiri startup harus menyadari bahwa jumlah permintaan yang besar belum tentu cukup untuk memastikan kemajuan startup. Itulah sebabnya perencanaan organisasi yang matang harus dilakukan sejak dini dengan dukungan sistem, SDM, dan struktur yang memadai. Sehingga bisnis bisa mengalami fase transisi dari startup informal menjadi organisasi profesional yang paham aturan hukum serta pajak.
- Mengurangi Risiko Hukum dan Peraturan
Perlindungan hukum dapat dianalogikan seperti asuransi karena terkesan mahal hingga manfaatnya dapat diandalkan. Ada opini yang mengatakan kalau pengacara yang biaya sewanya mahal mendukung para pemula untuk berkompromi dengan perlindungan hukum dan tata kelola organisasi. Namun, ada berbagai solusi lain yang lebih hemat biaya untuk memastikan bahwa startup terlindungi dan tugas direktur dijalankan secara benar.
Keberadaan perlindungan hukum memang penting sebagai komponen utama penggerak bisnis. Keterlibatan firma hukum untuk urusan dokumentasi memang kurang terjangkau bagi startup yang kondisi finansialnya terbatas. Kendati demikian, mencari jalan lain berupa mengunduh kontrak generik dari internet dengan harapan bahwa dokumen tersebut tepat untuk bisnis terbukti sama mahalnya bagi kepentingan jangka panjang.
Salah upaya kompromi yang efektif bagi startup adalah penggunaan layanan dokumentasi untuk meringankan pekerjaan dasar dan menghasilkan kontrak. Selanjutnya, pengacara profesional patut meninjau dokumen untuk memastikan bahwa dokumen hukum tersebut memenuhi kebutuhan startup.
Selain perlindungan hukum, urusan regulasi startup juga membutuhkan perhatian khusus. Teknologi bisa mengganggu ekspektasi regulasi yang ada. Kehadiran ahli hukum dan kepatuhan yang berpengalaman dapat membantu memastikan bahwa konflik regulasi dikelola secara tepat. Regulator membutuhkan bantuan untuk memahami dan mempertimbangkan manfaat teknologi baru tanpa melebih-lebihkan risiko yang mempengaruhi startup.
- Meningkatkan Tata Kelola Operasional
Pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi organisasi bisa menjadi gangguan tersendiri bagi pendiri startup pada fase pertumbuhan tertentu. Waktu dan energi yang ada sebaiknya dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi bisnis dan mengatasi masalah rutinitas administrasi yang kerap muncul. Selain itu, startup juga membutuhkan keterlibatan para ahli profesional untuk mengawasi dan mengelola tuntutan operasional serta administrasi bisnis. Para ahli di bidang tersebut biasanya menempati posisi Chief Operating Officer (COO).
Tanggung jawab COO juga berkaitan dengan karakter organisasi sehingga perannya dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan organisasi. Pada tahap awal startup, COO bisa bekerja secara paruh waktu. Selanjutnya, COO akan bertanggung jawab mengawasi seluruh fungsi internal startup, termasuk perekrutan, hukum, dan finansial. Tugas COO tersebut akan meringankan peranan CEO agar bisa memprioritaskan pengembangan eksternal bisnis. COO juga dapat berperan sebagai eksekutor bisnis yang melibatkan aspek pengembangan internal bisnis.
Setiap startup membutuhkan kerangka tata kelola dan manajemen risiko yang berbeda-beda, tergantung dari bidang bisnis, budaya, serta tujuan yang ingin dicapai. Strategi pengembangan startup yang tepat akan membuat perusahaan rintisan tersebut meraih kesempatan berkembang secara maksimal di masa depan.