Survei yang dilakukan pada Februari 2021 terhadap 200 mitra bisnis audit perusahaan Gartner mengungkap fakta bahwa lebih dari setengah responden (56%) menghadapi perubahan bisnis secara besar dan cepat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Ian Beale selaku wakil presiden sekaligus penasihat Gartner menyatakan bahwa para pemimpin audit tidak mempermasalahkan perubahan tersebut. Namun, 95% dari 135 Chief Audit Executive (CAE) mengemukakan pendapat bahwa penerapan proyek atau perubahan proses secara teratur mengarah pada kesenjangan kontrol perusahaan. Dengan kata lain, banyak mitra audit setuju bahwa perubahan menghasilkan output positif signifikan atau bahkan sangat negatif.
Beale mengungkapkan fakta bahwa perubahan terus-menerus pada bisnis menyebabkan kesenjangan kontrol sehingga meningkatkan risiko organisasi. Oleh sebab itu, pemimpin audit harus meningkatkan visibilitas terhadap perubahan yang terjadi di organisasi. Selanjutnya, pemimpin juga mesti berinisiatif mengembangkan kemampuan sekaligus menyebarkan sumber daya audit secara cepat untuk mengimbangi perubahan yang terjadi di organisasi.
Visibilitas dalam Menghadapi Perubahan Organisasi Harus Ditingkatkan
Mayoritas fungsi audit internal sudah berusaha meningkatkan visibilitas pada elemen organisasi yang mengalami perubahan. Tiga tahun lalu, banyak fungsi organisasi mengupayakan jaminan real time serta memanfaatkan data secara maksimal untuk memperoleh sudut pandang risiko yang lebih komprehensif dan real time.
Seiring berjalannya waktu, para pemimpin audit mulai berfokus mendapatkan lebih banyak informasi dari mitra bisnis sejak setahun lalu. Tujuannya adalah memaksimalkan visi misi dan melengkapi perangkat audit supaya proses audit bisa membantu manajemen organisasi dalam meminimalkan risiko. Sekarang, pemimpin audit lebih proaktif menjalin komunikasi dengan berbagai pihak di organisasi, mulai dari manajemen senior, dewan eksekutif, komite pengarah, serta berbagai tim lainnya. Seluruh upaya tersebut dilakukan untuk mewujudkan penyesuaian sumber daya audit sekaligus menghindari kesenjangan kontrol. Visibilitas audit juga patut diimbangi dengan kecepatan penyebaran audit secara merata di organisasi.
Penerapan Sumber Daya Audit Secara Lebih Cepat di Organisasi
Ada beberapa alasan yang membuat visibilitas audit tidak menyebabkan implementasi audit berlangsung lebih cepat. Sumber daya audit yang sudah dialokasikan secara penuh justru kerap membuat auditor menghentikan atau menahan satu tindakan demi melakukan tindakan lain. Engagement audit dirancang untuk implementasi dari awal hingga akhir sehingga cenderung membatasi pergerakan auditor.
Selain itu, rencana audit yang dikembangkan secara ketat dan disepakati para pemangku kepentingan (stakeholder) justru bisa memperlambat proses audit, terutama bila terjadi perubahan di organisasi. Pemimpin audit harus merespon perubahan organisasi dengan cara meningkatkan keterlibatan dalam proses audit secara keseluruhan.
Peningkatan Kemampuan Audit Melalui Sumber Daya Real Time
Ada beberapa langkah sederhana yang luput dari perhatian CAE dalam meningkatkan kemampuan audit. Misalnya, hanya 30% dari 135 CAE responden survei Gartner yang membagi tugas audit menjadi tugas individu agar bisa dijalankan secara terpisah. Selain itu, hanya 16% yang menyatakan bahwa mereka membawa staf sesuai kebutuhan ke penugasan audit daripada melakukan penugasan penuh pada setiap kesempatan.
Pemimpin audit yang bertindak secara konvensional berfokus mendapatkan visibilitas audit lebih awal untuk menyikapi kesenjangan kontrol akibat perubahan organisasi. Namun, hal tersebut membuat pemimpin audit cenderung mengabaikan penyesuaian kecil tentang mekanisme penugasan sumber daya audit. Padahal, penugasan sumber daya audit secara real time berperan penting mengendalikan kesenjangan kontrol secara tepat waktu sehingga berdampak signifikan bagi proses audit.
Perubahan yang terjadi secara besar-besaran di organisasi membuat tim audit harus beradaptasi secara cepat dan efektif. Sehingga risiko kesenjangan kontrol audit bisa diatasi sesegera mungkin dan dapat mengurangi risiko lanjutan bagi organisasi.