Krisis yang diakibatkan pandemi Covid-19 belum sepenuhnya usai. Ada berbagai dampak buruk yang ditimbulkan pandemi terhadap sektor bisnis. Biaya bahan baku dan gaji tenaga kerja kian meningkat. Semua sektor bisnis dituntut mengimbangi percepatan digitalisasi dengan meninggalkan model teknologi konvensional. Di samping itu, prediksi tentang resesi ekonomi di tahun 2023 turut menjadi isu krusial yang patut diwaspadai sejak dini.
Meskipun ketidakpastian melanda sektor bisnis secara keseluruhan, masih ada upaya kasuistik yang dapat dilakukan sebagai langkah antisipasi. Implementasi good governance (tata kelola yang baik) bisa menjadi kunci sukses mengelola risiko sekaligus mendukung pertumbuhan bisnis di masa depan.
Bagaimana cara menetapkan prioritas bisnis yang tepat?
Organisasi wajib memprioritaskan dua elemen untuk membangun dan meningkatkan struktur tata kelolanya. Elemen pertama adalah fundamental atau hal yang mendasari prinsip kerja organisasi. Semua Sumber Daya Manusia (SDM) maupun pihak pemasok wajib menghayati peran masing-masing agar tercipta proses bisnis yang efektif. Hal tersebut tentu harus didukung digitalisasi agar bisnis tetap kompetitif.
Elemen kedua yang tak kalah penting adalah pembangunan bisnis berkelanjutan (sustainable business). Operasional bisnis hendaknya memperhatikan berbagai hal krusial, seperti kepentingan pelanggan, masalah sosial dan lingkungan, kepuasan karyawan, dan regulasi yang berlaku. Penerapan good governance adalah komponen inti perusahaan untuk mendukung terwujudnya prioritas bisnis. Budaya bisnis yang positif serta prinsip good governance akan memotivasi perilaku organisasi yang lebih baik.
Apa pengaruh good governance bagi ketahanan bisnis?
Kerangka tata kelola harus tangguh agar dapat membantu organisasi menanggapi perubahan pasar secara cepat. Setiap pihak yang terlibat di organisasi wajib diberdayakan supaya dapat membuat keputusan tepat berdasarkan kewenangannya masing-masing. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan dan pendidikan sangat penting untuk menciptakan SDM yang andal. Sehingga nantinya SDM dapat membantu organisasi mewujudkan good governance secara efektif.
Saat ini, ada berbagai kursus dengan dukungan pemerintah yang difasilitasi lembaga pendidikan, kelompok industri, dan lembaga pemrakarsa swadaya. Penyelenggaraan pendidikan nonformal tersebut bertujuan membantu merealisasikan ketahanan bisnis di masa depan. Salah satu contoh konkret dari Singapura yaitu portal My SkillsFuture yang fokus mendukung perkembangan karier di bidang manajemen risiko berbagai sektor. Sementara itu, Indonesia memiliki CRMS yang senantiasa konsisten menghadirkan program pelatihan dan sertifikasi sesuai perkembangan dunia bisnis.
Bagaimana cara menciptakan pengalaman digital terbaik bagi semua orang?
Penerapan good governance dan ketahanan bisnis harus mampu memenuhi ekspektasi setiap orang, baik pelanggan maupun SDM di organisasi. Digitalisasi kini turut mengubah perjalanan organisasi. Era Internet of Things (IoT) menjadi titik kontak utama bagi sebagian besar SDM dan pelanggan.
Digitalisasi nyatanya memunculkan dilema bagi organisasi. Di satu sisi, bisnis harus memenuhi ekspektasi super tinggi untuk menyajikan respon dan layanan digital serba cepat. Di sisi lain, interaksi antar manusia tetap dibutuhkan, terutama untuk menyelesaikan permasalahan bersifat kompleks. Setiap organisasi harus berusaha menemukan keseimbangan antara digitalisasi dan interaksi manusia sambil menanamkan kerangka tata kelola yang tepat. Nantinya, keseimbangan tersebut akan mewujudkan loyalitas SDM ataupun pelanggan dan organisasi pun bisa memetakan risiko secara lebih akurat.
Keberhasilan pengelolaan risiko dan pertumbuhan bisnis yang dihasilkan good governance memang tak bisa diraih dalam waktu sekejap. Proses yang panjang akan membuat organisasi mampu menerapkan prinsip tata kelola yang matang sambil mengikuti dinamika bisnis.