Pandemi Covid-19 mempercepat revolusi bisnis yang terjadi di era modern. Kini, organisasi mulai melepaskan diri dari belenggu tradisi dan menjadi lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan bisnis. Perubahan ini membutuhkan dukungan transformasi digital demi mewujudkan kolaborasi kalangan atas ( direksi atau stakeholder) di organisasi.
Saat ini, semua pihak yang terlibat di organisasi harus melakukan video call dan berbagi data digital, termasuk direksi yang biasanya melakukan proses bisnis secara konvensional. Organisasi sekarang mengizinkan direksi menghadiri rapat jarak jauh tanpa mengurangi esensi topik yang akan dibahas. Perubahan proses operasional bukanlah satu-satunya tantangan yang dihadapi organisasi. Dampak buruk pandemi yang tidak merata pun menyebabkan minat publik terhadap isu keadilan serta tanggung jawab organisasi semakin meningkat.
Untuk mengatasi hal tersebut, organisasi harus memastikan semua pihak yang terlibat mampu bertanggung jawab semaksimal mungkin dengan beberapa upaya berikut ini:
Pendekatan Baru untuk Mengambil Keputusan dan Menangani Beban Kerja
Tekanan di masa pandemi turut meningkatkan risiko keamanan data karena para oknum memanfaatkan peningkatan aktivitas di dunia maya. Direksi wajib memikul tanggung jawab yang lebih berat dalam menjalankan tugas. Tim eksekutif dan para direktur pun membutuhkan data dengan kuantitas dan intensitas tinggi untuk mendukung pengambilan keputusan secara tepat. Kesenjangan tata kelola organisasi ini harus lekas diatasi supaya tidak mengganggu pengembangan bisnis secara berkelanjutan.
Organisasi wajib memastikan bahwa direksi leluasa mengakses informasi yang dibutuhkan. Sistem teknologi yang aman dan canggih adalah landasan penting bagi seluruh organisasi, sehingga organisasi bisa menerapkan tata kelola modern yang berfokus pada evolusi kepemimpinan. Prinsip tata kelola tersebut mampu mendorong kinerja berkelanjutan dan meningkatkan kepercayaan investor.
Mewujudkan Tata Kelola Modern sebagai Keunggulan Kompetitif
Transformasi digital telah menjadi semboyan bisnis dalam satu dekade terakhir. Hal tersebut sekarang mulai ditingkatkan ke level direksi sebagai suatu keunggulan yang bersifat kompetitif. Direksi harus punya pandangan komprehensif tentang bisnis dan lingkungan operasional sehingga bisa membuat keputusan secara cepat serta efektif.
Kemampuan direksi untuk beradaptasi dengan era transformasi digital adalah kunci utama untuk mengantisipasi risiko krisis di masa depan. Meskipun ancaman atau krisis yang mengintai organisasi tidak memiliki skala sebesar pandemi, direksi harus melihat jauh ke depan untuk mengidentifikasi risiko dan peluang bisnis.
Beradaptasi dengan Era ESG
Implementasi pengelolaan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Organisasi (Environment, Social, and Governance atau ESG) menjadi indikator yang menunjukkan bahwa suatu organisasi mampu bertahan di tengah pandemi. Era ESG memperjelas nilai-nilai keberlanjutan organisasi sehingga para direksi tidak bisa mundur dari keputusan yang telah diambil. Tanggung jawab dan proses tata kelola akan terus dipercepat di tahun-tahun mendatang tanpa mengabaikan kebutuhan karyawan dan masyarakat sebagai pertimbangan utama.
Dinamika perubahan dalam organisasi membutuhkan peran direksi secara konkret dengan intensitas lebih tinggi. Artinya, peran direksi bukan sekadar dibutuhkan sebanyak empat kali dalam setahun dan hanya bersifat formalitas. Sebaliknya, jajaran direksi wajib memahami situasi organisasinya secara menyeluruh dan up to date supaya dapat menentukan keputusan situasional terbaik demi kelangsungan organisasi.
Jika organisasi berhasil mewujudkan transformasi di kalangan direksi sekaligus menerapkan prinsip tata kelola modern, niscaya organisasi tersebut mampu bertahan menghadapi krisis. Sinergi antara direksi dan seluruh pihak di organisasi akan mewujudkan inovasi yang bermanfaat dan berkesinambungan.