Environmental, Social, and Governance (ESG) merupakan elemen penting yang berkaitan dengan proses operasional perusahaan. Semua bidang bisnis tentu tak lepas dari tanggung jawab di bidang ESG. Latar belakang tersebut membuat pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mengupayakan investasi berkelanjutan demi mewujudkan kelancaran bisnis tanpa menimbulkan gangguan sosial dan lingkungan hidup.
Sayangnya, investasi berkelanjutan turut menyebabkan peningkatan risiko hukum yang sering kali tidak disadari. Perusahaan maupun pemerintah harus bekerja sama mensukseskan investasi berkelanjutan sekaligus melakukan mitigasi risiko ESG secara efektif.
Mengantisipasi Greenwashing yang Dilakukan Berbagai Perusahaan
Secara sederhana, greenwashing dapat diartikan sebagai tindakan membuat klaim tanpa dasar yang jelas tentang produk bisnis sehingga produk tersebut dianggap lebih ramah lingkungan dan jauh lebih unggul daripada kompetitornya. Bisnis yang menggunakan strategi ini biasanya mengklaim bahwa produknya terbuat dari bahan ramah lingkungan atau melewati proses yang lebih hemat energi.
Ada beberapa langkah konkret yang dilakukan untuk mengantisipasi maraknya greenwashing. Sejumlah negara bagian Amerika Serikat mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan bahan bakar fosil. Selain itu, ada pula organisasi lingkungan hidup yang mengajukan keluhan tentang iklan palsu Chevron kepada Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat. Upaya tersebut diharapkan membawa semangat baru untuk memerangi greenwashing yang makin gencar dilakukan berbagai perusahaan besar.
Implementasi ESG Sebagai Strategi Prioritas
Keberhasilan investasi berkelanjutan tentu tak lepas dari sistem tata kelola perusahaan yang efektif. Perusahaan yang memberlakukan sistem tata kelola dengan baik akan mampu melakukan pendekatan lingkungan dan sosial yang berorientasi pada kepentingan umum. Oleh sebab itu, strategi ESG wajib disematkan dalam budaya, manajemen risiko, dan pengaturan pengendalian operasional perusahaan.
Kombinasi antara Strategi, Budaya, dan Kebijakan Perusahaan
Jajaran pimpinan perusahaan harus memastikan bahwa struktur organisasi perusahaan memiliki akuntabilitas yang jelas untuk hal-hal yang berhubungan dengan ESG. Selanjutnya, pimpinan perusahaan juga harus memperkenalkan budaya perusahaan yang ramah ESG. Kebijakan perusahaan wajib diubah agar lebih mencerminkan dukungan terhadap isu-isu ESG, seperti mempertimbangkan seluruh proses operasional bisnis dan pengaruhnya terhadap isu ESG, mulai dari rantai pasok, proses produksi, layanan purna jual, hingga margin keuntungan. Semua hal tersebut harus didokumentasikan dan dikomunikasikan secara jelas kepada semua kalangan staf perusahaan.
Pengaturan Kepatuhan Perusahaan yang Efektif
Pendekatan perusahaan terhadap ESG membutuhkan kontrol utama dari departemen kepatuhan. Perusahaan modern biasanya dapat menggunakan fungsi kepatuhan dan hubungan dengan pembuat peraturan (regulator) untuk mempengaruhi peraturan tentang ESG di masa mendatang. Identifikasi dan penilaian yang efektif terhadap peraturan dan praktik terbaik ESG di masa depan dapat digunakan perusahaan untuk membentuk strategi bisnis secara rinci. Skema pelatihan dan kompetensi, rencana pengembangan pribadi, dan strategi rekrutmen semuanya patut ditinjau untuk mengetahui apakah perusahaan sudah memiliki sumber daya kepatuhan ESG yang memadai atau belum.
Pelaksanaan investasi berkelanjutan yang dilakukan perusahaan memang harus diiringi dengan pendekatan ESG yang tepat. Jangan biarkan kasus hukum yang berkaitan dengan ESG jadi terbengkalai sehingga perusahaan-perusahaan besar makin mengabaikan aspek kepatuhan, lingkungan hidup, dan masalah sosial.