Mitigasi risiko organisasi sektor publik mengalami perubahan besar dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa permasalahan dunia yang mempengaruhi kebijakan organisasi sektor publik antara lain perubahan iklim dan cuaca ekstrem, migrasi massal, serta kewajiban sosial yang butuh pendanaan besar.
Perusahaan asuransi global Guy Carpenter mengeksplorasi isu-isu tersebut dan memprediksi bahwa masalah baru akan mendominasi agenda organisasi sektor publik sejak saat ini hingga beberapa periode mendatang, terutama untuk masalah perubahan iklim dan tantangan demografis.
Perbedaan Demografis Menimbulkan Permasalahan Baru
Tantangan demografis yang terjadi di setiap negara memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, Indonesia mengalami bonus demografi karena jumlah penduduk usia produktif sedang berada di puncak. Namun, bonus demografi tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan jumlah lapangan kerja yang memadai. Dengan begitu, penduduk usia produktif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
Di sisi lain, beberapa negara Eropa dan Jepang justru menghadapi tantangan terkait populasi masyarakat yang menua. Akibatnya, perbaikan sistem pensiun swasta maupun sektor publik harus mendapat perhatian khusus. Perawatan lansia juga patut menjadi fokus utama agar kualitas hidup masyarakat terjamin. Pemerintah juga giat berupaya meningkatkan angka kelahiran agar negaranya tidak berada di ambang kepunahan.
Perubahan Iklim Menyebabkan Berbagai Risiko Tak Terduga
Selain tantangan demografis, masalah lain yang harus dihadapi organisasi sektor publik adalah perubahan iklim yang menimbulkan berbagai risiko tak terduga. Perubahan iklim dan cuaca ekstrem mengakibatkan risiko bencana alam semakin besar. Tak hanya harus bertanggung jawab memperbaiki kerusakan lingkungan, organisasi sektor publik juga mesti menanggung biaya bencana terutama jika banyak masyarakat yang terdampak. Kecenderungan tersebut juga diperparah oleh penetrasi asuransi yang masih terbilang rendah di kalangan khalayak ramai.
Memprediksi Dampak Buruk Perubahan Iklim yang Ekstrim
Prediksi paling pesimis tentang perubahan iklim mengarah pada pergolakan ekonomi dan sosial secara masif. Kenaikan permukaan air laut, curah hujan sangat tinggi, dan kebakaran hutan adalah tiga risiko perubahan iklim yang paling menonjol. Pertumbuhan penduduk dan pertambahan jumlah infrastruktur yang tinggi di kawasan pesisir dan pusat kota dapat memperparah kerugian ekonomi saat terjadi bencana alam. Sebab infrastruktur akan rusak dan banyak orang yang mengungsi dari daerah berisiko tinggi tersebut. Oleh karena itu, transfer risiko dan strategi mitigasi yang dilakukan organisasi sektor publik memegang peranan penting untuk meminimalkan dampak keuangan dan sosial ekonomi yang lebih luas.
Mulai saat itu, organisasi sektor publik harus lebih sigap merencanakan pendanaan untuk mengantisipasi peristiwa besar yang tidak terduga. Budaya ketergantungan masyarakat terhadap bantuan sosial menjadi tekanan tersendiri bagi organisasi sektor publik untuk mengupayakan hal terbaik. Hal tersebut tentu memicu peningkatan biaya makro ekonomi secara signifikan.
Kini, organisasi sektor publik mulai mengambil langkah proaktif untuk mengelola dan melakukan mitigasi risiko. Kombinasi antara keahlian SDM dan teknologi modern juga turut dikerahkan untuk menangani dan mengantisipasi bencana alam. Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan industri reasuransi yang bersedia menanggung risiko sesuai kesepakatan. Mitigasi risiko yang terbilang inovatif ini akan meringankan beban organisasi sektor publik bila ada kejadian bencana tak terduga.
Setiap negara harus bergerak cepat dalam menghadapi perubahan iklim, tantangan demografis, serta masalah finansial lainnya. Ketahanan finansial negara akan meningkat jika didukung oleh sistem operasional organisasi sektor publik yang efektif.