Menjamin masa depan perusahaan adalah tanggung jawab seluruh individu di perusahaan tersebut. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan bisnisnya, serta kemampuan manajemen perusahaan untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa di masa depan beserta dampaknya secara keseluruhan.

Agar mampu menjaga kelangsungan bisnisnya, perusahaan perlu memiliki Business Continuity Plan (BCP). BCP adalah salah satu output dari penerapan Business Continuity Management (BCM) yang merupakan bagian dari manajemen risiko yang berfokus pada risiko operasional.

Hal-hal di atas merupakan sebagian dari manfaat yang diperoleh peserta pelatihan Business Continuity Management yang dilaksanakan oleh CRMS pada tanggal 4-6 Maret 2019, bertempat di Hotel Sensa Bandung. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat memahami konsep dan pengetahuan seputar BCM, cara membangun BCP dan penerapannya di perusahaan, serta pengelolaan risiko-risiko yang berhubungan dengan kapabilitas perusahaan untuk dapat tetap beroperasi dalam situasi krisis. Peserta pelatihan Business Continuity Management kali ini berasal dari perusahaan industri energi, gas, pupuk, pertambangan, asuransi dan telekomunikasi.

  

Fasilitator hari pertama pelatihan adalah Ibu Yenny Koestijani, yang saat ini aktif sebagai trainer dalam bidang Auditing dan Risk Management serta menjadi Risk Consultant pada beberapa perusahaan (BUMN). Pelatihan hari kedua dan ketiga difasilitasi oleh Bapak Robert A. L. Nanlohy yang sudah sangat berpengalaman sebagai praktisi maupun trainer. Beliau juga menjadi assesor pada LSP MKS, lembaga sertifikasi Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan.

Testimoni :

Agus Kuswardoyo, Vice President Risiko Operasi dan Proyek PT PLN (Persero).

“Pelatihan ini menjadi penting karena PLN perlu menyusun strategi pemulihan pada saat terjadi kondisi-kondisi yang tidak diinginkan agar tetap dapat beroperasi. Pada saat terjadi disaster, kami punya tekad untuk langsung segera bisa bangkit, agar kegiatan-kegiatan seperti sistem di Rumah Sakit dan fasilitas umum bisa kembali normal.”

(Novi Muharam, (Plt.) Advisor Planning & Performance Management Business Unit Gas Product / (Plt.) Senior Advisor PT Gagas Energi Indonesia). 

“Saat pertama mengikuti pelatihan ini, kita berpikir Manajemen Risiko itu hanya identifikasi, mitigasi dan follow-up nya saja. Tapi ternyata Business Continuity Management lebih spesifik lagi turunannya, bagaimana kita mengidentifikasi disaster yang belum kita bayangkan, serta mem-breakdown metode dan kriterianya. Perlu juga diadakan sesi tersendiri untuk top level, semacam executive briefing atau conference. “