Salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis adalah dengan menyeimbangkan strategi bisnis dengan pengelolaan risikonya, sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal. Salah satu risiko yang penting untuk Anda perhatikan adalah risiko operasional yang tanpa disadari sebenarnya sudah dikenal oleh setiap perusahaan yang ada.
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan karena internal, manusia atau karyawan, sistem, atau adanya problem eksternal yang terjadi. Mari simak 5 indikator penting dalam manajemen risiko dalam operasional perusahaan berikut ini:
1. Persentase Kenaikan Biaya Bahan Baku
Dalam mengukur indikator risiko di bidang operasional, sebaiknya Anda mengetahui persentase kenaikan biaya bahan baku terlebih dahulu. Misalnya saja mulai dari kelangkaan bahan baku yang perlu harus diwaspadai mulai dari harga dari pemasok hingga perawatannya.
Presentase untuk mengetahui kenaikan biaya bahan baku sendiri dapat dihitung dengan menjumlahkan harga bahan baku termasuk biaya penyimpanan dan perawatannya. Setelah itu, hasilnya dibagi dengan total dari periode sebelumnya lalu dikali 100%.
2. Persentase Kenaikan Harga Pokok Penjualan
Pengertian harga pokok penjualan di sini adalah jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan kepada perusahaan. Baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa.
Mengetahui persentasi kenaikan harga pokok penjualan sangat bermanfaat dalam berbagai situasi. Misalnya saja adanya kenaikan bahan baku yang tentunya berpengaruh pada harga pokok penjualan. Untuk mengetahui persentase kenaikan harga pokok penjualan, Anda bisa mengurangi total penjualan dengan laba kotor. Persentase ini didapatkan dengan membandingkan harga pokok penjualan dalam satu periode dengan periode sebelumnya.
3. Persentase Kenaikan Upah Pekerja Pabrik
Salah satu indikator risiko dalam operasional yang paling penting lainnya adalah kenaikan upah pekerja. Pada praktiknya, seorang pengusaha haruslah meninjau upah pekerjanya secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
Untuk mengetahui persentasenya, Anda dapat membandingkan upah yang dibayarkan pada para pekerja dalam satu periode dengan periode sebelumnya. Tuntutan gaji yang terlalu tinggi bisa membuat perusahaan Anda kolaps dan ujungnya ini akan membuat semua pihak mengalami kerugian.
4. Persentase Kapasitas Produksi yang Menganggur
Kapasitas produksi yang mengaggur seringkali terjadi karena kurangnya penjualan. Ketika permintaan penjualan meningkat, pekerja dan fasilitas produksi yang menganggur kembali digunakan.
Untuk mengukur efektivitas produksi, Anda bisa menghitung persentase kapasitas produksi yang menganggur. Persentase ini menggambarkan kapasitas produksi yang tidak terpakai dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dipakai.
5. Persentase Nilai Investasi Kapasitas yang Menganggur
Selain mengetahui kapasitas produksi yang menganggur, Anda perlu juga mengetahui nilai investasi dari kapasitas yang menganggur tersebut.
Anda bisa mengetahui efektivitas investasi produksi dengan melihat persentase nilai investasi dari kapasitas yang menganggur. Persentase ini didapatkan dengan membandingkan nilai uang/investasi yang dikeluarkan dari kapasitas yang tidak terpakai dengan nilai uang seluruh kapasitas.
Dalam perusahaan, akan selalu ada masalah operasional yang siap menghampiri. Walaupun sangat akrab dalam wilayah para pengusaha, namun karateristik risiko operasional sendiri belum dipelajari dengan baik dibanding dengan risiko lainnya sehingga pengukuran risiko ini pun juga belum baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk terus berupaya untuk mengelola dan menurunkan risiko operasional misalnya seperti memperbaiki sistem yang ada, memberikan training terhadap karyawan dan lainnya. Evaluasi diri atau self-assessment juga bisa dilakukan oleh para atasan untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang dihadapi oleh perusahaan.
Lihat indikator-indikator lainnya di halaman Facebook CRMS Indonesia:
https://www.facebook.com/CRMSIndonesia